Rabu, 04 Juni 2014

Membangun Masyarakat Qur’ani

Oleh : Rahman Yasin

Upaya manusia mencari kesempurnaan guna menemukan hakikat keotentikan hidup merupakan suatu keniscayaan. Hakikat kesempurnaa dalam konteks pengetahuan yang tidak bersifat mutlak tapi merupakan sebuah kontinyuitas. Kreativitas dan etos intelektual sebagai pendekatan rasional untuk menelaah kesempurnaan substansial. Konsep kesempurnaan Ilahi yang tertuang dalam teks al-Qur’an secara intelektual tetap dihadapkan dengan fenomena historis berdasarkan fakta otentik yang dihadapi manusia. Al-Qur’an sebagai kitab Ilahi secara sosio-antropologis hendaknya tidak hanya dipahami secara tekstual saja tetapi harus pula dikontekstualisasikan atas nilai-nilai kemanusiaan universal, karena nilai-nilai kebaikan universal dan sifat pengetahuan dalam kitab suci ini sesungguhnya senantiasa hidup dan terus merawat dan memelihara gerak zaman. Dengan dasar pemikiran yang kontekstualitas atas nilai-nilai kebaikan dalam kandungan al-Qur’an seperti inilah kemudian menjadikan manusia intelektual yang berkarakter jujur-adil mampu menghadapi tantangan bahkan rintangan hidup.
Dalam perspektif dialektika peradaban intelektual khususnya ikhtiar umat manusia terlebih kalangan ilmuan dan peneliti mutakhir dalam mentransformasikan ide-ide kemanusiaan agar sebisa mungkin dapat terintegrasi secara komplementer dan simultan dalam pengertian integritas pengetahuan sosio-empiris seringkali yang kita temukan ialah dimana kecenderungan dalam perkembangan praktik kehidupan keberagaman masyarakat modern lebih kepada pola kehidupan hedonis sehingga prinsip-prinsip kemanusiaan unievrsal dalam keberagaman umat manusia pun selalu disalahgunakan untuk kepentingan-kepentingan sektoral. Hal ini terlihat sangat kuat terjadi khususnya pada kalangan intelektual kelas menengah atau yang lebih banyak dipraktikkan adalah kaum politisi kelas menengah yang meminjam logika kaum ilmuan modern.
Banyak karya ilmiah apakah itu buku, kajian-kajian sosiol, dan hasil-hasil penelitian yang telah dengan kuat berusaha menjelaskan hakikat kemanusiaan dalam kerangka membangun kebaikan kolektif sebagai wujud bersama mengembangkan misi kebaikan dari Tuhan yang mereka yakini, akan tetapi pada faktanya banyak karya intelektual yang kemudian ditelaah oleh kalangan elit terutama elit politik yang tidak linier dalam perhatiannya terhadap fenomena-fenomena kekinian dalam pelbagai dimensi kehidupan sehingga kerap menimbulkan perdebatan-perdebatan yang tidak seharusnya dipertentangkan.
Salah satu karya terbaru menarik adalah buku membangun masyarakat qur’ani yang memuat tulisan seorang cendikiawan yakni M. Qurais Shihab dan  Djohan Effendi. Kedua tokoh intelektual ini memang di Indonesia dalam pengertian kajian ilmu-ilmu tafsir dan ilmu sosial tidak diragukan akan kualitas dan integritas keilmuan mereka. Buku ini selain tema kajian mencari kesempurnaan, kajian buku ini juga mengajukan formula-formula pencarian kemapanan baru. Kemapanan baru sebagai refleksi gerak kehidupan yang di dalamnya termaktub pesan kreativitas. Kreativitas sebagai gejala etos intelektual. Sebuah etos yang mencerminkan dimensi perjuangan pengetahuan kontinyuitas.
Banyak karya-karya intelektual terutama buku-buku tafsir al-Qur’an ditulis oleh para pemikir Islam baik klasik maupun kontemporer untuk menjelaskan fenomena-fenomena kehidupan modern dengan berbagai dinamikanya, namun buku “Masyarakat Qur’ani”, karya M. Qurais Shihab dan Djohan Effendi dengan editor Hasan M. Noer ini merupakan salah satu karya yang muatan kajian tafsir terhadap nilai-nilai normatifitas dan historisitas al-Qur’an yang cukup menarik karena setidaknya turut melengkapi dan memberikan kontribusi wawasan ilmiah dalam literatur klasik dan modern. Kajian historisitas dan empirisitas sosiologis melengkapi pendekatan analisis normatif-kontekstual. Dengan pendekatan pemikiran inklusif dan kearifan akademik buku ini mampu meyakinkan pembaca dari berbagai perspektif multidimensi atas pesan-pesan moral al-Qur’an untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.  
Buku ini mengajak kita aktif membangun etos intelektual untuk mencari kesempurnaan dan kemapanan baru dalam kehidupan sosial. Salah satu keunggulan kajian buku ini ialah pelibatan dua tokoh pemikir berpengaruh di Indonesia yakni M. Quraish Shihab, dan Djohan Effendi dalam mengisi ruang buku ini pada masing-masing bagian.
Bagian pertama, artikel M. Quraish Shihab, dengan judul Pertautan Hati. Sebuah pendalaman dengan pencerahan ilmiah tentang bagaimana memahami ajaran Islam secara tekstual dan kontekstual. Bagian ini memuat penjelasan etimologis dan terminologis mengenai Islam sekaligus penjabaran intelektual tentang transformasi nilai-nilai sosial dalam masyarakat. Bagian kedua, menghadirkan artikel Djohan Effendi. Teologi Al-Qur’an dan Reformasi Sosial ditempatkan sebagai tema kunci. Kita diajak mendalami pesan-pesan keotentikan Islam tentang theologi sosial. Sebuah pengembaraan intelektual dalam rangka pencapaian kesempurnaan dan kemapanan baru. Kita disodorkan konsep theology ala Enshyclopedia of Religions”, dimana dikatakan, theology merupakan ilmu yang secara khusus membicarakan tentang Tuhan. Dasar ide theology al-Qur’an adalah ide tentang tauhid. Sementara bagian ketiga, disajikan artikel Achmad Mubarok dengan judul Keluarga Impian. Keluarga sakinah cermin hidup ishlah al-fard al-muslim, yang secara ilmiah diartikan sebagai upaya membangun perilaku manusia. Sedangkan bagian keempat, sebagai akhir pembahasan buku ini memuat artikel Hasan M. Nur dengan judul Derita Diatas Derita.
Sebagai akhir pembahasan, penulis sedikit mengkritisi krisis keteladanan bangsa di era modernitas sekarang yang dipicu oleh menguatnya kepemimpinan otoriter. Eksklusifitas sebagai kegagalan kepemimpinan akibat demokratisasi yang tidak terkonfirmasi secara komprehensif sehingga dimensi keimanan yang merupakan manifesto kemanusiaan sosial tidak teraktualisasi dengan nyata. Titik tekan persinggungan buku ini sesungguhnya menekankan refleksi keotentikan intelektual dalam membangun etos kecendikiaan manusia mencari kesempurnaan dan kemapanan baru yang lebih bijak. Penyajian cerdas menghadirkan fakta historis yang acapkali dibenturkan oleh realitas praktek kekuasaan dalam kepemimpinan. Semangat mencari kesempurnaan dan kemapanan baru dalam konteks menghidupakan tradisi etos intelektual dan kepemimpinan yang menerapkan nilai ketewadhuan sosial merupakan jalan tengah menyelesaikan problema kekinian.*
           
                        _________________________________________
Penulis adalah Pegiat dan Pemerhati Masalah Sosial-Budaya, tinggal di Jakarta.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar