Oleh : Rahman Yasin
Upaya manusia mencari kesempurnaan guna menemukan
hakikat keotentikan hidup merupakan suatu keniscayaan. Hakikat kesempurnaa
dalam konteks pengetahuan yang tidak bersifat mutlak tapi merupakan sebuah kontinyuitas.
Kreativitas dan etos intelektual sebagai pendekatan rasional untuk menelaah
kesempurnaan substansial. Konsep kesempurnaan Ilahi yang tertuang dalam teks al-Qur’an secara intelektual tetap dihadapkan dengan
fenomena historis berdasarkan fakta otentik yang dihadapi manusia. Al-Qur’an sebagai kitab Ilahi secara sosio-antropologis hendaknya tidak hanya dipahami secara tekstual saja tetapi
harus pula dikontekstualisasikan atas nilai-nilai kemanusiaan
universal, karena nilai-nilai kebaikan universal dan sifat
pengetahuan dalam kitab suci ini sesungguhnya senantiasa hidup dan terus
merawat dan memelihara gerak zaman. Dengan dasar pemikiran yang kontekstualitas atas nilai-nilai kebaikan
dalam kandungan al-Qur’an seperti inilah kemudian menjadikan manusia
intelektual yang berkarakter jujur-adil mampu menghadapi tantangan bahkan
rintangan hidup.
Dalam perspektif
dialektika peradaban intelektual khususnya ikhtiar umat manusia terlebih
kalangan ilmuan dan peneliti mutakhir dalam mentransformasikan ide-ide
kemanusiaan agar sebisa mungkin dapat terintegrasi secara komplementer dan
simultan dalam pengertian integritas pengetahuan sosio-empiris seringkali yang kita
temukan ialah dimana kecenderungan dalam perkembangan praktik kehidupan keberagaman
masyarakat modern lebih kepada pola kehidupan hedonis sehingga prinsip-prinsip
kemanusiaan unievrsal dalam keberagaman umat manusia pun selalu disalahgunakan
untuk kepentingan-kepentingan sektoral. Hal ini terlihat sangat kuat terjadi
khususnya pada kalangan intelektual kelas menengah atau yang lebih banyak
dipraktikkan adalah kaum politisi kelas menengah yang meminjam logika kaum ilmuan
modern.
Banyak karya ilmiah
apakah itu buku, kajian-kajian sosiol, dan hasil-hasil penelitian yang telah
dengan kuat berusaha menjelaskan hakikat kemanusiaan dalam kerangka membangun
kebaikan kolektif sebagai wujud bersama mengembangkan misi kebaikan dari Tuhan
yang mereka yakini, akan tetapi pada faktanya banyak karya intelektual yang
kemudian ditelaah oleh kalangan elit terutama elit politik yang tidak linier
dalam perhatiannya terhadap fenomena-fenomena kekinian dalam pelbagai dimensi
kehidupan sehingga kerap menimbulkan perdebatan-perdebatan yang tidak
seharusnya dipertentangkan.
Salah satu karya
terbaru menarik adalah buku membangun masyarakat qur’ani yang memuat tulisan
seorang cendikiawan yakni M. Qurais Shihab dan Djohan Effendi. Kedua tokoh intelektual ini
memang di Indonesia dalam pengertian kajian ilmu-ilmu tafsir dan ilmu sosial
tidak diragukan akan kualitas dan integritas keilmuan mereka. Buku ini selain tema kajian mencari kesempurnaan, kajian buku
ini juga mengajukan formula-formula pencarian kemapanan baru. Kemapanan baru
sebagai refleksi gerak kehidupan yang di dalamnya termaktub pesan kreativitas.
Kreativitas sebagai gejala etos intelektual. Sebuah etos yang mencerminkan
dimensi perjuangan pengetahuan kontinyuitas.
Banyak karya-karya
intelektual terutama buku-buku tafsir al-Qur’an ditulis oleh para pemikir Islam
baik klasik maupun kontemporer untuk menjelaskan fenomena-fenomena kehidupan
modern dengan berbagai dinamikanya, namun buku “Masyarakat Qur’ani”, karya
M. Qurais Shihab dan Djohan Effendi dengan editor Hasan M. Noer ini merupakan salah satu karya yang muatan kajian tafsir terhadap nilai-nilai normatifitas dan historisitas
al-Qur’an yang cukup menarik karena setidaknya turut melengkapi dan memberikan kontribusi wawasan ilmiah
dalam literatur klasik dan modern. Kajian historisitas dan empirisitas sosiologis melengkapi pendekatan analisis normatif-kontekstual.
Dengan pendekatan pemikiran inklusif dan kearifan akademik buku ini mampu
meyakinkan pembaca dari berbagai perspektif multidimensi atas pesan-pesan moral
al-Qur’an untuk
meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
Buku ini mengajak kita aktif membangun etos intelektual untuk mencari
kesempurnaan dan kemapanan baru dalam kehidupan sosial. Salah satu keunggulan
kajian buku ini ialah pelibatan dua tokoh pemikir berpengaruh di Indonesia
yakni M. Quraish Shihab, dan Djohan Effendi dalam mengisi ruang buku ini pada
masing-masing bagian.
Bagian pertama, artikel M. Quraish Shihab, dengan judul Pertautan
Hati. Sebuah pendalaman dengan pencerahan ilmiah tentang bagaimana memahami
ajaran Islam secara tekstual dan kontekstual. Bagian ini memuat penjelasan
etimologis dan terminologis mengenai Islam sekaligus penjabaran intelektual
tentang transformasi nilai-nilai sosial dalam masyarakat. Bagian kedua,
menghadirkan artikel Djohan Effendi. Teologi Al-Qur’an dan Reformasi Sosial
ditempatkan sebagai tema kunci. Kita diajak mendalami pesan-pesan keotentikan Islam tentang
theologi sosial. Sebuah pengembaraan intelektual dalam rangka pencapaian
kesempurnaan dan kemapanan baru. Kita disodorkan konsep theology ala Enshyclopedia
of Religions”, dimana dikatakan, theology merupakan ilmu yang secara
khusus membicarakan tentang Tuhan. Dasar ide theology al-Qur’an adalah ide tentang tauhid. Sementara
bagian ketiga, disajikan artikel Achmad Mubarok dengan judul Keluarga Impian.
Keluarga sakinah cermin hidup ishlah al-fard al-muslim, yang secara
ilmiah diartikan sebagai upaya membangun perilaku manusia. Sedangkan bagian
keempat, sebagai akhir pembahasan buku ini memuat artikel Hasan M. Nur dengan
judul Derita Diatas Derita.
Sebagai akhir pembahasan, penulis sedikit mengkritisi krisis keteladanan
bangsa di era modernitas sekarang yang dipicu oleh menguatnya kepemimpinan
otoriter. Eksklusifitas sebagai
kegagalan kepemimpinan akibat demokratisasi yang tidak terkonfirmasi secara
komprehensif sehingga dimensi keimanan yang merupakan manifesto kemanusiaan
sosial tidak teraktualisasi dengan nyata. Titik tekan persinggungan buku ini sesungguhnya
menekankan refleksi keotentikan intelektual dalam membangun etos kecendikiaan
manusia mencari kesempurnaan dan kemapanan baru yang lebih bijak. Penyajian
cerdas menghadirkan fakta historis yang acapkali dibenturkan oleh realitas
praktek kekuasaan dalam kepemimpinan. Semangat mencari kesempurnaan dan
kemapanan baru dalam konteks menghidupakan tradisi etos intelektual dan
kepemimpinan yang menerapkan nilai ketewadhuan sosial merupakan jalan tengah
menyelesaikan problema kekinian.*
_________________________________________
Penulis adalah Pegiat dan Pemerhati Masalah Sosial-Budaya, tinggal di Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar